Bintang Noveigha Mantolas
712013086
Tugas Individu 2 HPB 1
Tafsirkan
magna kata “Kasih” dalam 1 Korintus 13:1-13 dengan memakai bantuan internal
(teks dalam bacaan) serta melihat teks tersebut dari konteks literernya
(konteks teks)
1 Korintus
13:1-13 (Kasih)
Ayat 1 : sekalipun aku dapat berkata-kata dengan
semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,
aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
Penulis
menegaskan agar Kasih tetap diterapkan meskipun dengan segala kepintaran yang
dimiliki oleh setiap orang. Ayat 1a mengibaratkan dengan kepintaran atau pintar
dalam berbahasa yaitu dengan “bahasa
manusia dan bahasa malaikat” .
Sepintar-pintanya manusia, tetapi tanpa kasih, maka semuanya akan
sia-sia. Sehingga Kasih adalah suatu hubungan pengikat antara manusia dan akal
budi dan kesadaran yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang memiliki kepintaran
tetapi tanpa kasih, maka semuanya akan dianggap hampa.
Dalam konteks
kehidupan di Korintus Paulus menulis surat ini pada bagian kelima surat yaitu
dari 1 Korintus 11:2 – 14:40 dan pasal 13 terdapat dalam bagiannya. Dalam surat
yang kelima ini menjelaskan atau membahas beberapa masalah dalam sidang jemaat
atau pada konteksnya sering disebut sebagai beribadat. Pengajuan masalah jemaat
di korintus yaitu yang pertama kedudukan dan peranan wanita dalam sidang
jemaat. Masalah yang kedua adalah mengenai kehidupan social pada jemaat
korintus, dimana ada pembedaan antara orang kaya dan orang miskin dalam
mengadakan perjamuan, menurut Paulus, pembedaan itu merusak ciri dasariah
perjamuan Tuhan. pada pasal yang akan ditafsir ini adalah semacam selingan yang
berupa kidung memuji kasih sebagai kurnia dasar yang teratas.[1] Pada
pihak lain, jemaat di Korintus lenih mementingkan penampilan-penampilan seperti
berbicara dalam bahasa lidah dan dengan cara itu mereka menegaskan keunggulan
mereka terhadap orang lain yang tidak dikuasai oleh Roh.[2]
Ayat 2 : Sekalipun aku mempunyai karunia untuk
bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan;
dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi
jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
Pada ayat 2
ini penulis masih sedikit mengaitkannya dengan ayat 1. Yaitu tentang
kepintaran, yaitu karunia, penegtahuan, serta iman yang sempurna, jika tanpa
Kasih, maka semuanya dianggap tidak berguna. Mengapa Paulus menuliskan seperti
ini? Karena Paulus melihat jemaat dikorintus ada persaingan antara jemaat yang
satu dengan jemaat yang lain, Paulus mengibaratkan jemaat Korintus sama seperti
satu tubuh yang semua anggota tubuh seharusnya saling melayani satu dengan yang
lain. Demikian juga Kristus mempersatukan semua anggota jemaat yang menjadi
tubuh dan peranannya sendiri. Dan di atas semua karunia perlu diusahakan kasih
yang dilukiskan dan dipuji seperti pada ayat yang kedua. [3] Sehingga
kasih adalah karunia yang saling melengkapi satu dengan yang lain dan bukan
menyaingi satu dengan yang lain dan tetap hidup di dalam Kristus dengan satu tubuh.
Menurut
konteks yang say abaca, suatu ciri penting dari Jemaat di Korintus yaitu mereka
memiliki karunia-karunia rohani. Kebanyakan jemaat di Korintus adalah orang-orang
Kharismatik, yakni karunia-karunia rohani seperti
penafsiran bahasa lidah, sudah disinggung dalam ayat sebelumnya. Hal ini sangat
tidak menyenangkan menurut Paulus, disini Paulus ingin menegaskan pada jemaat
di Korintus ketika memiliki karunia itu, haruslah disertai dengan satu karunia
yang harus dimiliki oleh semua, yaitu sifat memiliki saudara. Kasih, bagi
saudara dan orang lain pada umumnya, merupakan dasar bagi orang Kristen.[4]
Ayat 3 : dan sekalipun aku membagi-bagikan segala
sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika
aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak aka nada faedahnya bagiku.
Dalam ayat
3, penulis menegaskan agar ketika memberi, memberilah dengan segenap hati
artinya memberi dengan penuh kasih, karena ketika kita member tanpa kasih, maka
tidak akan ada berkat bagi yang menerima maupun yang memberi.
Ayat 4 : Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia
tidak memegahkan diri, dan tidak sombong.
Pada ayat 4
seperti rangkuman, sekaligus pujian tentang magna kasih dari ketiga ayat
diatas. Dimana Paulus menulis kidung pujian yaitu kasih itu sabar, yaitu dengan
Kasih, kita pasti sabar, begitu juga dengan murah hati, Paulus ingin menegaskan
kepada jemaat di Korintus agar jangan sombong dengan karunia yang ada pada
kebanyakan orang di Jemaat Korintus, tetapi dengan karunia itu, jemaat dapat
menerapkan karunia rohani yaitu mengashi, terutama mengasihi kepada sesama
manusia.
Ayat 5 : Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan
mencari kuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan
orang lain.
Dalam ayat 5
menegaskan kepada jemaat di Korintus, terkhususnya untuk orang-orang ekonominya
tinggi (orang kaya) karena baik di dalam gereja maupun diluar gereja, mereka
selalu menggunakan kelebihan mereka untuk berpesta pora, baik dalam perjamuan
maupun dalam sidang jemaat (beirbadah). Dan tidak menyimpan kesalahan orang
lain, disini Kasih lebih dari yang diketahui yaitu kasih tidak hanya memberi
tetapi lebih kepada hal-hal yang diinginkan Tuhan untuk menuju keselamatan.
Ayat 6 : Ia tidak
bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
Pada ayat 6
Kasih adalah hal yang tidak mementingkan diri sendiri, atau lebih kepada
kepedulian terhadap sesama disini Paulus menegaskan kasih adalah kebenaran
yaitu sesuatu Pas bukan yaitu sudah pasti, jadi kalau salah katakana salah dan kalau benar, katakana
benar.
ayat 7 : Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala
sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Ayat 8 : Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan
berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
Ayat 9 : Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan
nubuat kita tidak sempurna.
Ayat 10 : tetapi jika yang sempurna tiba, makayang
tidak sempurna itu akan lenyap.
Pada ayat
7-10 adalah sebuah kidung pujian untuk mengisi surat kepada Jemaat dikorintus
agar menerapkan Kasih dengan karunia-karunia yang dominan dimiliki oleh
orang-orang kharismatik yang tinggal di Korintus.
Ayat 11 : Ketika aku kanak-kanak, aku berkata seperti
kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi
dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu
Pada ayat
11, ketika masih anak-anak, bertingkahlah seperti anak-anak, tetapi jika sudah
mulai dewasa, bertingkahlah sebagaimana mestinya, Penulis ingin menegaskan agar
bertingkahlah sesuai dengan umur dan pengetahuan. Sesuai dengan konteks jemaat
di Korintus, Paulus melihat jemaat di Korintus senang menggunakan karunia itu,
dan Paulus menilai hal tersebut seperti kekanak-kanakan ayat 11 ini Paulus
menuliskan demikian agar ingin menurunkan penilaian tersebut sebab, sebenarnya
karunia itu kurang bagi jemaat dan malah menjadi tanda iman tidak sejati,
Paulus juga menerima karunia roh tersebut, tetapi Paulus menganggap bahwa hal
tersebut tidak terlalu bernilai.[5] Sehingga dengan kalimat terakhir pada ayat 11
ini ingin memberitahukan kepada jemaat di Korintus agar kurangi karunia roh
tersebut.
Ayat 12 : karena sekarang kita melihat dalam cermin
suatu gambaran yang samar-samar, tetapi kita nanti akan melihat muka dengan
muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan
mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.
Pada ayat 12
lebih kepada cara pandang manusia kepada sesama, janglah kita memandang sesama
secara abstrak, tetapi kita harus membuka kacamata yang samar-samar dan melihat
sesame muka dengan muka, saling memandang dan mulailah kita memandang mereka
sebagai subjek dan bukan sebagai objek, mungkin Paulus ingin mengubah cara
pandang laki-laki terhadap perempuan dalam sidang jemaat dan pemisahan dalam
perjamuan antara orang kaya dan orang miskin.
Ayat 13 : Demikianlah ketiga hal ini, yaitu iman,
pengharapan dan kasih, dan yang paling besar diantaranya ialah kasih.
Iman,
pengharapan dan kasih adalah hal penting dalam kekristenan, tetapi lebih dari
itu, yaitu kasih. Karena kasih bagi saudara baik saudara seiman dan orang lain
pada umumnya merupakan dasar bagi orang Kristen. Esensi dasar dalam kekristenan
adalah Kasih.
[1]
Dr. C. Groenen Ofm, Pengantar ke dalam
Perjanjian Baru, (Yogyakart, Kanisius, 1984), 236-237
[2]
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian
Baru-Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-Masalahnya, (Jakarta, Gunung Mulia,
2010), 83.
[3]
Dr. C. Groenen Ofm, Pengantar ke dalam
Perjanjian Baru, (Yogyakart, Kanisius, 1984), 237.
[4]
Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru,
(Jakarta, Gunung Mulia, 2011), 359.
[5]
Dr. C. Groenen Ofm, Pengantar ke dalam
Perjanjian Baru, (Yogyakart, Kanisius, 1984), 237-238.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar