Galatia 4 : 12 – 20
(Ingatlah akan Hubungan Kita yang Semula)
Tema :
Mengatakan Kebenaran, Bukan Mengobarkan Perseturuan.
Berkaitan dengan masalah kebenaran, apa yang dimaksud dengan “kebenaran”? (seimbang
atau tidak berat sebelah, pas, pasti, sesuai dengan realitas, dll).
dunia ini terbagi kedalam dua polaritas yang paradoksial, (polaritas : hal atau benda yang memperhatikan dua sifat yang
berlawanan atau hal-hal yang bertentangan langsung). Pencarian akan
kebenaran sekaligus pelarian dari kebenaran.
Ilustrasi : didalam sebuah keluarga, terdiri dari ayah, ibu dan
seorang anak laki-laki yang masih bayi. Mereka juga memlihara seekor hari mau
yang pintar. Pekerjaan dari kedua orang tua ini adalah petani, saat sedang
bekerja yang menjaga anak bayi mereka adalah harimau yang pintar ini. Suatu
ketika, saat orang tua dari sang bayi ini selesai bekerja, setibanya mereka
dirumah, mereka melihat pada mulut harimau ada darah, kedua orang tua ini
mengira bahwa harimau telah memakan anak mereka sehingga sang ayah membunuh
harimau ini. Setelah membunuh harimau tersebut, terdengarlah suara teriakan
sang bayi dan ternyata bayi mereka sehat-sehat saja dan darah yang terlihat di
mulut harimau itu adalah darah ular yang ingin memakan bayi mereka, niat
harimau ingin menolong sang bayi dari ular.
Rasul Paulus memulai perikop ini dengan
permintaan agar Jemaat-jemaat Galatia yang dia kasihi bahkan disapa sebagai
saudara (ayat yang ke 12) menjadi seperti dia karena dia telah lebih dahulu
menjadi seperti mereka, sebagai orang Yahudi tidaklah mudah bagi Paulus untuk
bergaul bahkan mengasihi orang yang bukan Yahudi seperti Jemaat-jemaat Galatia.
Hanya kasih Yesus yang memungkinkan semua itu kepada paulus sehingga dia dapat
bersahabat dengan jemaat-jemaat di Galatia. Perikop ini bukan berdasarkan
himbauan Teologi melainkan Perikop ini berisi argumen Paulus berdasarkan
perasaannya sebagai Rasul.
Paulus adalah seorang bapa rohani yang
baik; ia pandai mengimbangi teguran dengan kasih. Sekarang ia beralih dari
“pukulan” ke “pelukan”. (awalnya tidak mudah bergaul dengan orang-orang non
yahudi tetapi akhirnya mengaanggap jemaat-jemaat Galatia sebagai saudara). Mereka
bersedia mengorbankan apapun bagi Paulus. Demikian besarnya kasih mereka,
tetapi sekarang mereka telah menjadi musuhnya. Para penganut Yudaisme telah
datang dan mencuri kasih mereka. Sehingga mereka menganggap Paulus sebagai
musuh karena apa yang dikatakan Paulus tentang kebenaran. Tetapi Paulus sangat
rindu berada di antara jemaat-jemaat di Galatia.
Dari ilustrasi tersebut juga dapat kita
lihat bahwa niat atau tujuan dari harimau itu sangat mulia yaitu ingin
menyelamatkan sang bayi dari kedua orang tua tersebut. begitu pula dengan rasul Paulus yang ingin
mengatakan tentang kebenaran Tuhan kepada jemaat-jemaat di Galatia, dan ingin
membawa mereka kembali ke ajaran kebenaran Kristus. tetapi mereka malah mendengar
misionaris-misonaris yang membawakan ajaran sesat itu.
Marilah kita juga belajar dari Yesus
Sang Guru Agung kita yang kasihNya melimpah bahkan rela mati untuk menebus dosa
manusia. Ketika kita merasa kurang mengasihi Dia biarlah Dia yang telah lebih
dulu mengasihi kita, melimpahkan kasihNya. Kasih yang rela berkorban untuk
orang-orang yang bahkan tidak menunjukkan kasih kepadaNya.
Paulus mengingatkan kepada Jemaat Galatia
untuk tidak mudah terombang ambing oleh roh-roh dunia, karena apa yang
dirasakan Paulus pada jemaat di Galatia tidak konsisten antara iman dan praktek
mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari. Yang terjadi adalah inkonsisten antara
pemahaman tentang Allah dan praktek kehidupan mereka sehari-hari.
Keberanian menyatakan kebenaran
Perlu keberanian untuk menyatakan
kebenaran, ketika Rasul Paulus mendengar bahwa Jemaat-jemaat Galatia mulai
dibingungkan dengan ajaran sesat, segera Paulus mengirimkan surat yang berisi
teguran dan peringatan agar mereka kembali kepada kebenaran Injil yang
memerdekakan. Walaupun itu membuat dia dimusuhi (ayat 16), dianggap musuh oleh
Jemaat-jemaat Galatia yang begitu dia kasihi dan Paulus juga mengibaratkan
hubungan dia dengan Jemaat-jemaat di Galatia seperti hubungan antara seorang
ibu dan anknya (ayat 19). Paulus berani menyatakan kebenaran, meskipun bukanlah
keadaan yang menyenangkan.
Sebagai hamba Tuhan seringkali harus
memilih diam atau menyatakan kebenaran, perasaan dimusuhi atau dianggap aneh
karena menyatakan kebenaran bukanlah hal yang mudah. Tapi itu bukan berarti
putus asa dan menjadi tidak peduli. Jemaat tetap perlu tahu apa yang benar atau
salah sepahit apapun itu. Seperti orangtua yang selalu ingin yang baik untuk
anak-anaknya walaupun terkadang si anak tidak mau mendengar atau menerimanya,
perintis atau gembala Jemaat perlu terus menunjukkan kebenaran dalam Kristus
dalam pengajarannya.
Melalui perenungan ini, kita di ajarkan
agar melakukan apa yang kita imani dengan utuh dalam kehidupan kita
sehari-hari. Sehingga tidak berat sebelah. Jadi apa yang kita imani haruslah
sesuai dengan apa yang kita lakukan agar dapat dilihat dalam diri tiap individu
ada kekonsistenan termasuk didalamnya ada kebenaran yang mengiringi jalannya
kehidupan kita dari hari ke hari.
Untuk itu perlu ada integritas kebenaran
atau kejujuran yang sesuai dengan kebenaran yang ada. (kebenaran yang utuh).
Orang yang berintegritas adalah dia yang benar-benar memahami akan kebenaran
dan dapat di aplikasikan dalam hidupnya
sesuai dengan kebenaran yang dipahaminya. Orang yang demikian akan hidup secara
otentik atau yang dapat dipercaya. Dengan dampak seperti ini, hadirnya
kebenaran sebagai suatu nilai yang bermoral yang membawa damai sejahtera bagi
semua orang.
AMIN… J
J
J
J
J
J
J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar