Minggu, 12 Oktober 2014

Renungan Perdana.....

Galatia 4 : 12 – 20
(Ingatlah akan Hubungan Kita yang Semula)
Tema              : Mengatakan Kebenaran, Bukan Mengobarkan Perseturuan.

Berkaitan dengan masalah kebenaran, apa yang dimaksud dengan  “kebenaran”? (seimbang atau tidak berat sebelah, pas, pasti, sesuai dengan realitas, dll). dunia ini terbagi kedalam dua polaritas yang paradoksial, (polaritas : hal atau benda yang memperhatikan dua sifat yang berlawanan atau hal-hal yang bertentangan langsung). Pencarian akan kebenaran sekaligus pelarian dari kebenaran.
Ilustrasi           : didalam sebuah keluarga, terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang masih bayi. Mereka juga memlihara seekor hari mau yang pintar. Pekerjaan dari kedua orang tua ini adalah petani, saat sedang bekerja yang menjaga anak bayi mereka adalah harimau yang pintar ini. Suatu ketika, saat orang tua dari sang bayi ini selesai bekerja, setibanya mereka dirumah, mereka melihat pada mulut harimau ada darah, kedua orang tua ini mengira bahwa harimau telah memakan anak mereka sehingga sang ayah membunuh harimau ini. Setelah membunuh harimau tersebut, terdengarlah suara teriakan sang bayi dan ternyata bayi mereka sehat-sehat saja dan darah yang terlihat di mulut harimau itu adalah darah ular yang ingin memakan bayi mereka, niat harimau ingin menolong sang bayi dari ular.
Rasul Paulus memulai perikop ini dengan permintaan agar Jemaat-jemaat Galatia yang dia kasihi bahkan disapa sebagai saudara (ayat yang ke 12) menjadi seperti dia karena dia telah lebih dahulu menjadi seperti mereka, sebagai orang Yahudi tidaklah mudah bagi Paulus untuk bergaul bahkan mengasihi orang yang bukan Yahudi seperti Jemaat-jemaat Galatia. Hanya kasih Yesus yang memungkinkan semua itu kepada paulus sehingga dia dapat bersahabat dengan jemaat-jemaat di Galatia. Perikop ini bukan berdasarkan himbauan Teologi melainkan Perikop ini berisi argumen Paulus berdasarkan perasaannya sebagai Rasul.
Paulus adalah seorang bapa rohani yang baik; ia pandai mengimbangi teguran dengan kasih. Sekarang ia beralih dari “pukulan” ke “pelukan”. (awalnya tidak mudah bergaul dengan orang-orang non yahudi tetapi akhirnya mengaanggap jemaat-jemaat Galatia sebagai saudara). Mereka bersedia mengorbankan apapun bagi Paulus. Demikian besarnya kasih mereka, tetapi sekarang mereka telah menjadi musuhnya. Para penganut Yudaisme telah datang dan mencuri kasih mereka. Sehingga mereka menganggap Paulus sebagai musuh karena apa yang dikatakan Paulus tentang kebenaran. Tetapi Paulus sangat rindu berada di antara jemaat-jemaat di Galatia.
Dari ilustrasi tersebut juga dapat kita lihat bahwa niat atau tujuan dari harimau itu sangat mulia yaitu ingin menyelamatkan sang bayi dari kedua orang tua tersebut.  begitu pula dengan rasul Paulus yang ingin mengatakan tentang kebenaran Tuhan kepada jemaat-jemaat di Galatia, dan ingin membawa mereka kembali ke ajaran kebenaran Kristus.  tetapi mereka malah mendengar misionaris-misonaris yang membawakan ajaran sesat itu.
Marilah kita juga belajar dari Yesus Sang Guru Agung kita yang kasihNya melimpah bahkan rela mati untuk menebus dosa manusia. Ketika kita merasa kurang mengasihi Dia biarlah Dia yang telah lebih dulu mengasihi kita, melimpahkan kasihNya. Kasih yang rela berkorban untuk orang-orang yang bahkan tidak menunjukkan kasih kepadaNya.
Paulus mengingatkan kepada Jemaat Galatia untuk tidak mudah terombang ambing  oleh roh-roh dunia, karena apa yang dirasakan Paulus pada jemaat di Galatia tidak konsisten antara iman dan praktek mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari. Yang terjadi adalah inkonsisten antara pemahaman tentang Allah dan praktek kehidupan mereka sehari-hari.  
Keberanian menyatakan kebenaran
Perlu keberanian untuk menyatakan kebenaran, ketika Rasul Paulus mendengar bahwa Jemaat-jemaat Galatia mulai dibingungkan dengan ajaran sesat, segera Paulus mengirimkan surat yang berisi teguran dan peringatan agar mereka kembali kepada kebenaran Injil yang memerdekakan. Walaupun itu membuat dia dimusuhi (ayat 16), dianggap musuh oleh Jemaat-jemaat Galatia yang begitu dia kasihi dan Paulus juga mengibaratkan hubungan dia dengan Jemaat-jemaat di Galatia seperti hubungan antara seorang ibu dan anknya (ayat 19). Paulus berani menyatakan kebenaran, meskipun bukanlah keadaan yang menyenangkan.
Sebagai hamba Tuhan seringkali harus memilih diam atau menyatakan kebenaran, perasaan dimusuhi atau dianggap aneh karena menyatakan kebenaran bukanlah hal yang mudah. Tapi itu bukan berarti putus asa dan menjadi tidak peduli. Jemaat tetap perlu tahu apa yang benar atau salah sepahit apapun itu. Seperti orangtua yang selalu ingin yang baik untuk anak-anaknya walaupun terkadang si anak tidak mau mendengar atau menerimanya, perintis atau gembala Jemaat perlu terus menunjukkan kebenaran dalam Kristus dalam pengajarannya.
Melalui perenungan ini, kita di ajarkan agar melakukan apa yang kita imani dengan utuh dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga tidak berat sebelah. Jadi apa yang kita imani haruslah sesuai dengan apa yang kita lakukan agar dapat dilihat dalam diri tiap individu ada kekonsistenan termasuk didalamnya ada kebenaran yang mengiringi jalannya kehidupan kita dari hari ke hari.
Untuk itu perlu ada integritas kebenaran atau kejujuran yang sesuai dengan kebenaran yang ada. (kebenaran yang utuh). Orang yang berintegritas adalah dia yang benar-benar memahami akan kebenaran dan dapat di aplikasikan  dalam hidupnya sesuai dengan kebenaran yang dipahaminya. Orang yang demikian akan hidup secara otentik atau yang dapat dipercaya. Dengan dampak seperti ini, hadirnya kebenaran sebagai suatu nilai yang bermoral yang membawa damai sejahtera bagi semua orang.

AMIN… J J J J J J J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar