Bintang Noveigha Mantolas
712013086
Tafsir HPL II
Amsal 1:1-7
Perjanjian lama secara khusus terbagi
menjadi 3 bagian yaitu Hukum, Kitab Para Nabi, dan Tulisan-Tulisan. Bagian
ketiga adalah tulisan-tulisan kitab-kitab syair dan hikmat seperti Ayub,
Mazmur, Amsal, dan penghotbah. Begitu juga dengan Israel kuno mempunyai tiga
golongan hamba Tuhan: Para Imam, Para Nabi, dan Para Bijak (“orang berhikmat”)
hamba Tuhan inilah yang disebut sebagai orang berhikmat dan cerdas. Kelompok
orang bijak disini ialah yang dikaruniai hikmat dan nasihat ilahi mengenai
masalah-masalah kehidupan yang praktis dan filosofis. Disini Amsal juga
merupakan hikmat para bijak yang terilhamkan[1] tidak
hanya itu, Amsal juga berisikan kumpulan ucapan ringkas dan nasihat prilaku
yang mendidik orang muda. Berbicara mengenai Amsal, secara etimologi kata Amsal
berasal dari bahasa ibrani “מִשְלֵי” :
’misyle/masyal, yang adalah
singkatan dari “’misyle syelomoh” atau Amsal-Amsal Salomo, sekali lagi, Amsal
adalah kumpulan tulisan-tulisan dengan beraneka ragam gaya yang berbeda-beda. Dengan
keanekaragaman ini menunjuukan ruang lingkup yang luas dari masyal yang mungkin dari akar kata yang berarti
‘menyerupai’ atau membandingkan’, hingga awalnya mungkin semacam perbandingan.[2] Arti
dari Amsal juga bisa berarti “ucapan” orang bijak, “perumpamaan”, atau
“peribahasa berhikmat”. Karena itu ada beberapa ajaran yang agak panjang dalam
kitab ini (mis: Ams 1:20-33; Ams 2:1-22; Ams 5:1-14) dan juga aneka
pernyataan ringkas yang menggugah berisi hikmat untuk hidup dengan bijaksana
dan benar, sedangkan kitab Amsal menyajikan suatu bentuk pengajaran berupa
amsal yang umum dipakai di Timur Dekat zaman dahulu, dan hikmatnya itu khusus
karena disajikan dalam konteks Allah dan semua standar kebenaran-Nya bagi umat
perjanjian Allah. Amsal ini juga ditulisa dengan bentuk puisi dengan arti yang
tersusun rapid an tamsil (perumpamaan) yang hidup dan lahir dalam dalam
lingkungan yang cukup mapan yang ingin memelihara tradisi dan kelanggengannya. Alasan-alasan
popularitas pengajaran berupa Amsal pada zaman kuno ialah kejelasannya dan
sifat mudah dihafalkan dan disampaikan kepada angkatan berikutnya.[3] Barang
siapa membaca kitab Amsal ini akan menemukan banyak kalimat yaitu “Amsal-Amsal
Salomo”, juga ini adalah Amsal-Amsal dari orang bijak, rumus seperti jelas
memperlihatkan bahwa kitab Amsal tidak disusun sekaligus oleh orang atau
sekelompok orang, melainkan sedikit demi sedikit tumbuh sebagai hasil dari
penggabungan sejumlah kumpulan Amsal kecil, oleh karena itu tiada gunanya
berbicara tentang “Pengarang Kitab Amsal” karena kitab sekarang dihasilkan oleh
seorang atau beberapa orang redactor, yang pada suatu saat mulai menggabungkan
koleksi-koleksi yang kecil. Tupanya harus dikatakan bahwa penggabungan itu pun
tidak terjadi pada satu saat saja melainkan pada periode yang berbeda. Meskipun tiada gunanya bicara tentang seorang
pengarang dari kitab ini, namun yang mungkin diperinci adalah lingkungan dariu
mana kitab ini berasal. Para ahli sepakat agar mengaitkan kitab Amsal dengan
tempat pendidikan para calon pegawai, yaitu dengan sekolah di Yerusalem dan
kemudian dibeberapa tempat lain.[4]
Diatas sudah dijelaskan mengenai Bangsa
Timur kuno, pada zamannya bangsa-bangsa timur Purba memiliki ‘orang-orang
bijak’ yang berpengaruh dalam hal-hal politik sampai pendidikan. Dalam bangsa Israel, dimana diketahui vahwa
‘Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan’,’orang-orang bijak mempunyai
peranan yang lebih penting: pada zaman Yeremia mereka sama dengan imam dan nabi
sebagai alat penyataan ilahi (Yer 18:18). Tapi sama seperti para nabi Tuhan
harus bergumul dengan nabi-nabi palsu dan imam-imam dengan kemauan-kemauannya
yang salah, demikian juga ada ‘orang bijak’ yang membelokkan tugasnya untuk
meneruskan Firman Tuhan (Yes 29:14;Yer 8:8,9). Himpunan ‘Amsal-Amsal orang
bijak’ terdapat dalam 22:17-24:22 dan 24:23-34, mungkin pasala 1:9 menerangkan
isi dan tujuan dari Amsal orang-orang bijak juga berasaldari sumber yang
demikian. Mungkin himpunan itu adalah
hasil saringan dari kata-kata bijaksana dari kurun waktu yang agak lama; tapi
sebagian besar pasti dari waktu yang terdahulu. Perkataan Albright tentang
zaman perunggu dapat dikenakan atas bagian terbesar himpunan tersebut. Tidak
ada sesuatu apapun yang menimbulkan kesan bahwa Amsal-amsal itu hanya dari
orang-orang bijak bangsa Israel. Penunjukkan kepada Salomo sebagai pengarang
segenap kitab ini mungkin karena dalam Amsal arti “Hikmat” hanya mengenai akal
budi (intelek) tetapi juga meliputi segenap orang; dan pada waktu dipuncak
keagungannya Salomo adalah perwujudan dari hikmat ini.[5]
Amsal dikenal dengan penulisnya yang
berbicara mengenai hikmat yakni Raja Salomo. Raja Salomo adalah raja yang
paling bijaksana yang pernah memerintah di Yerusalem sesudah pembuangan timbul
kecenderungan untuk mempertalikan seluruh produksi di bidang sastra
kebijaksanaan dengan nama Salomo, sama seperti pada periode yang sama ada
kebiasaan untuk menghubungkan segala hukum dan aturan dengan Musa dan segenap
Mazmur dengan Raja Daud.[6] Sebagaimana
yang kita ketahui bahwa Daud yang menjadi sumber tradisi bermazmur, demikian
juga Salomo menjadi sumber tradisi hikmat (Ams 1:1; Ams 10:1; Ams 25:1).
Menurut 1Raj 4:32, Salomo menghasilkan 3000 amsal dan 1005 kidung semasa
hidupnya. Penulis lain yang disebutkan
dalam Amsal adalah Agur (Ams 30:1-33) dan Raja Lemuel (Ams 31:1-9), namun
keduanya tidak kita kenal. Penulis-penulis lain disebut secara tak langsung
dalam Ams 22:17 dan Ams 24:23. Sekalipun sebagian besar Amsal ini digubah pada
abad ke-10 SM, waktu terdini yang mungkin bagi selesainya penyusunan kitab ini
adalah masa pemerintahan Hizkia (yaitu sekitar 700 SM). Keterlibatan para
pegawai Hizkia dalam menyusun amsal-amsal Salomo (Ams 25:1-29:27) dapat diberi
tanggal-tahun 715-686 SZB sementara masa kebangunan rohani yang dipimpin raja
yang takut akan Allah ini. Sangat mungkin amsal-amsal gubahan Agur, Lemuel, dan
"amsal-amsal dari orang bijak" lainnya terkumpul juga pada waktu itu.[7]
Sudah dijelaskan bahwa Salomo menjadi
sumber hikmat sehingga bisa dikatakan juga bahwa Salomo penulis utama kitab
Amsal. Kita dapat berasumsi bahwa salomo mengumpulkan dan memperbaiki Amsal
selain miliknya sendiri, karena kitab pengkhotbah 12:9 menyatakan, “Selain
penghotbah berhikmat, ia juga mengajarkan kepada umat itu pengetahuan. Ia
menimbang dan menguji banyak Amsal.” Sehingga benar kalau terjemahan bahasa
Ibrani Mishle Shelomoh diterjemahkan sebagai "Amsal dari Salomo".[8]
Jadi bisa dikatakan bahwa Salomo penulis inti Amsal tetapi tidak bisa
dipungkiri kalau Agur dan Lemuel juga sedikit berkontribusi dalam penulisan
tersebut. Tujuan dari penulis juga pengetahuan memang tidak lebih dari
pengumpulan fakta-fakta, akan tetapi hikmat adalah kemampuan melihat manusia,
peristiwa, situasi, kondisi, dan keadaan sebagaimana dinilai oleh Allah seperti
orang yang berhikmat dan bijaksana. Dalam kitab amsal juga Salomo mengungkapkan
pikiran Allah mengenahi hal-hal yang besar, maupun hal-hal yang kecil, biasa,
dan yang terjadi setiap hari. Sepertinya tidak ada satu topic yang terlepas
dari perhatian Raja Salomo. Hal yang berkaitan dengan perilaku pribadi,
hubungan seksual, perdagangan, kekayaan, amal, ambisi, disiplin, hutang,
membesarkan anak, karakter, alcohol, politik, balas dendam, dan kesalehan,
hanya merupakan beberapa topic yang diliputi dalam koleksi lengkap peribahasa
yang berhikmat ini (Amsal) [9]
Merangkum kitab Amsal agak sulit, karena tidak seperti kitab lainnya dalam
Firman, tidak ada rancangan atau cerita padanya; sama-halnya tidak ada pula
karakter utama dalam kitab ini. Hikmatlah yang menjadi sorotan utama - sebuah
hikmat yang illahi dan besar yang melebihi sejarah, manusia, dan adat
kebudayaan. Pembacaan sekilas akan kitab yang luar biasa ini mengungkapkan
kenyataan bahwa ucapan singkat Raja Salomo yang berhikmat masih tetap relevan
pada zaman ini dan sama-halnya pada masa penulisannya sekitar tiga ribu tahun
yang silam.
Inti Kitab Amsal adalah ajaran tentang
prinsip moral dan prinsip kita, uniknya Kitab Amsal ini adalah sebagian besar
isinya merupakan ajaran yang disajikan dengan cara memperlihatkan kontrasnya, pada
bagian pertama, pasal 1-9, juga dipergunakan kontras – antara yang baik dan
jahat. Kebaikan dalam bagian ini ditunjukkan secara menonjol dengan beberapa
kata yaitu: Hikmat, didikan, pengertian, kebenaran, keadilan, kejujuran,
pengetahuan, kebijaksanaan, ilmu, pertimbangan-pertimbangan, tetapi lebih
dikhususkan adalah Hikmat. Tidak hanya itu bagian Amsal juga adalah
personifikasi (pengumpamaan, pelambangan) hikmat sebagai seorang perempuan. Ini
terlihat pertama kali dalam Amsal 3:15[10]
hal ini merujuk pada hikmat, tetapi personifikasi tersebut diterima karena
rujukan-rujukan sesudahnya. Dengan demikian bagian Amsal 1-9 mepertentangkan
dosa dengan kebenaran. Kata-kata seperti “hikmat, didikan, pengertian, dan
sebagainya pada seluruh bagian ini bukan saja berarti kecerdasan dan kecakapan
manusia, melainkan juga berlawanan dengan hal yang jahat. Pada sebagian besar
pemakaian dalam Perjanjian Lama, hikmat adalah sekedar kecakapan atau
kecerdikan. Bahkan dalam kitab pengkhotbah, dimana hikmat juga dikenakan,
hikmat hanyalah sekedar kecerdasan manusia dan karenanya termasuk didalam
kesia-siaan (Pkh 2:12-15). Hanya dalam Ayub 28 dan dalam Mazmur-Mazmur
tertentu, konsep dari kitab Amsal mengenai hikmat ini sungguh tampak nyata,
bahkan hikmat (kebijaksanaan) yang membuat Salomo termasyhur karena
kecakapannya dalam ilmu alam, hukum, kecerdikannya yang luar biasa. Pada bagian
dua Sudut pandangnya juga konsisten, Salomo membedakan hikmat dengan kebodohan.
Sedangkan dalam bagian 1 tadi bukan pertentangan antara kecerdasan dengan
kebodohan akal budi manusia, melainkan pertentangan antara hikmat
(kebijaksanaan) moral dengan dosa.[11]
Didalam Amsal juga orang bodoh mempunyai sinonim-sinonim tersendiri yakni
pencemooh, pemalas, orang curang, dll. Sedangkan dalam bagian ini lebih
ditekankan tentang kejujuran, kesetiaan, penghargaan terhadap jiwa dan hak
milik. Orang didorong untuk memperjuangkan keadilan, cinta kasih, dan belas
kasihan terhadap orang lain.[12]
Dalam bagian Amsal ini ada dua gaya
yaitu yang pertama adalah Asmal dan
yang kedua adalah Nasihat. Bagian
sastra yang lain juga terdapat dalam kita ini tetapi tidak sebanyak kedua gaya
tersebut. Amsal, hampir semua orang tau apa itu Amsal yang artinya perumpaan (KKBI)
dengan cirri-cirinya adalah singkat, padat, mudah diingat, berpijak pada
pengalaman, kebenaran universal, tujuan praktis, dalam sudah lama digunakan.
Amsal hampir selalu dilukiskan sebagai gambaran puitis, berirama, pendek, kuat
dan mengena, tetapi dipihak lain, isinya kadang-kadang tampak paradoksal
(seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran,
tetapi kenyataannya mengandung kebenaran[13])
Amsal menggabungkan pengalaman konkret dengan penerapan umum yang berlaku
disetiap waktu dan keadaan.[14]
Tafsiran
Amsal 1:1-7
Ayat
1: Amsal-amsal
Salomo bin Daud, raja Israel
Amsal-amsal: Amsal
kuno biasanya berbentuk pernyataan pendek berisi nasehat atau mengungkapkan
kebenaran tentang perilaku manusia.[15]
“Amsal-Amsal” juga berasal dari bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa semit lain
memakai akar dari kata lain untuk mengekspresikan perbandingan. Sebuah kata
turunan darinya dalam bahasa Akad berarti “Cermin”. Dari pemakaian seperti itu
kata tersebut berkembang sehingga artinya mencakup “kata-kata sindiran” (Mzm.
69:12). Dan pesan nabi (Bil 23:7,18). Dalam Perjanjian Lama kata itu
diterjemahkan sebagai “Perumpamaan” sebanyak enam belas kali. Dalam kitab Amsal
kata itu dipakai terutama dalam berbagai judul untuk menunjukkan perbandingan
dan kontras yang digunakan untuk menyatakan ajaran moral kitab tersebut.[16]
Salomo bin Daud, raja
Israel: Raja Salomo, putera Daud: Salomo adalah putera raja
Daud dan Batsyeba setelah Daud meninggal dunia, Salomo memerintah Israel pada
tahun 970-931 SZB. Ia terkenal karena hikmatnya dank arena menulis banyak
perkataan bijak, walaupun menjelang akhir hidupnya dia tidak selalu bertindak
sesuai dengan reputasinya. Di Timur dekat Kuno, kitab-kitab hikmat sering
diberi nama untuk menghormati para raja. Para raja yang bijak memerintah dengan
tulus, adil dan jujur[17].
Ayat
2: untuk mengetahui
hikmat dan didikan, untuk mengerti kata-kata yang bermakna,
untuk mengetahui
hikmat: “Hikmat” adalah pengetahuan dan pengertian akan apa
yang benar, tulus, dan jujur. Hikmat berasal dari Tuhan, yang memberikan
pengertian kepada mereka yang menghormati dan menaati Tuhan.[18] Hikmat,
disini ada lima sinonim untuk hikmat yaitu kebenaran dan keadilan, yang lebih
merupakan kebajikan ketimbang kecakapan. Disini penekanannya ialah pada hikmat
moral atau perilaku yang benar.[19]
Ayat
3: untuk menerima
didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran
Kebenaran, keadilan dan
kejujuran: apa yang “benar” berarti apa yang
dikenankan oleh Tuhan. menurut hukum Taurat dan kitab para nabi Israel, orrang
benar hidup sesuai dengan perintah dan pengajaran Tuhan. Hidup benar berarti
sama dengan memperlakukan orang lain dengan adil dan jujur.[20] Dalam
masyarakat modern, keadilan sering sekali diartikan sebagai keadilan yang
pantas dan sesuai hukuman. Adil berarti menerima hukuman sepantasnya atau ganti
ruginya sesuai dengan kerusakan yang dialami. Keadilan juga berhubungan dengan
hukum Taurat yang diberikan Tuhan kepada umat Israel untuk melindungi dan
menyejahterkan mereka satu dengan yang lain. [21]
Ayat
4: untuk
memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan
serta kebijaksanaan kepada orang muda –
orang yang tak
berpengalaman: kata ini yang dipakai sebanyak empat
belas kali dalam kitab Amsal dan empat kali ditempat lain, menunjukkan lawan
dari manusia yang bermoral. Itu bukan
berarti orang bodoh. Seperti lazimnya pengertian kita tentang kata tersebut,
melainkan orang berdosa, seorang bajingan. Kitab Amsal mempunyai pesan moral
bagi orang fasik. Kitab ini bukan sekedar Poor
Richard’s Almanac yang berisi nasihat-nasihat baik untuk orang-orang yang
kurang cerdas atau yang bertabiat pemalas. Pendahuluan ini memperingatkan kita
untuk tidak melihat kitab ini dalam arti secular. Kitab ini berisi
prinsip-prinsip Kristen.[22]
Ayat
5: baiklah orang
bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian
memperoleh bahan pertimbangan –
Sebagaimana
yang ada dalam latar belakang bahwa kata-kata orang bijak dan sifat orang bijak
adalah mendengar, menambah ilmu, berpengertian, dan pertimbangan. Ketika
seseorang atau siapa saja yang telah masuk jauh kedalam sumber hikmat ini masih
bisa lagi mendapatkan yang berlimpah karena sifat dari orang bijak salah
satunya adalah takut akan Tuhan.[23]
Ayat
6: untuk mengerti
amsal dan ibarat, pertanyaan dan teka-teki orang bijak.
Amsal…teka-teki: Amsal
berbentuk “Teka-teki” mungkin berasal dari pertanyaan yang sulit atau dapat
juga mengacu pada ucapan yang menyediakan banyak jawaban terhadap salah satu
rahasia kehidupan. Karena berteka-teki adalah salah satu bentuk hiburan di
dunia kuno. Mampu menjawab teka-teki yang sulit berarti menunjukkan bahwa orang
itu berhikmat.[24]
Ayat
7: Takut akan Tuhan
adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.
Takut akan Tuhan: hikmat
dan akal sehat sangat penting di semua budaya kuno. Dalam kitab AMSAL,hikmat
dianggap berhubungan langsung petunjuk Tuhan. orang bijak sesungguhnya adalah
orang yang beribadah dan menghormati Tuhan serta hidup sesuai dengan perintah
Tuhan. Tuhan adalah terjemahan untuk kata YHWH dalam bahasa Ibrani.[25] Takut akan Tuhan: adalah sebuah ekpsresi
umum dalam Mazmur dan ditempat lain, frasa ini dipakai sebanyak empat belas
kali dalam kitab Amsal. Contoh dalam kitab Mamzur 115:11 dan Yesaya 11:2,3,
dimana takut akan Tuhan disebut sebagai cirri khas sang Mesias. Takut seperti
itu meliputi rasa kagum dan hormat kepada yang Mahakuasa. Dan melihat frasa
selanjutnya adalah permulaan pengetahuan:
bukan berarti yang utama dan inti seperti mungkin ditunjukkan oleh akar kata
tersebut dalam bahasa Ibrani, sebab Amsal 9:10 menggunakan sebuah kata yang
khusus berarti “awal” dan “permulaan”. Sebaliknya berarti langkah pertama untuk
hidup bermoral adalah hubungan kita dengan Allah. orang bodoh menghina hikmat dan didikan: kata orang bodoh muncul
delapan kali dalam kitab Amsal: tujuh kali ditempat lain. Pemakaiannya pun
berbeda. Dalam Yesaya 35:8, “pandir” = “bodoh”. Kitab Amsal secara khusus
memakai orang bodoh untuk menunjuk kepada orang berdosa. Amsal 14:9 adalah
contoh – “orang bodoh mencemooh kurban tebusan”. Kalimat ini berarti bahwa
orang-orang berdosa mencemooh kekudusan. Terjemahan yang konkrit adalah sama
seperti orang bodoh dan orang yang tidak takut akan Tuhan adalah sama. [26]
Kesimpulan
Setelah membuat latar belakang dari
kitab Amsal dan menafsirnya, kesimpulan yang didapatkan dari keduanya atau
maksud dan tujuan dari Salomo yang terkenal dan dikenal sebagai penulis adalah
hikmat yang adalah kualitas intelektualnya. Itu bukan visium, kecakapan, atau
keahlian pertukangan, yang dipuji, melainkan keutamaan untuk belajar dengan
rajin dan mengembangkan keputusan yang baik. disiplin (Takut akan Tuhan),
dimana menaati semua perintahnya, dan pada waktu itu mengapa dikatakan Salomo
adalah yang memiliki hikmat karena Salomo-lah yang meimpin kerajaan Israel
setelah Daud sehingga apapun yang berhikmat adalah Salomo. Tidak hanyan
disiplin tetapi Salomo juga mau menegaskan bahwa kebenaran, keadilan, dan
kejujuran adalah hanyalah orang berhikmat dan takut akan Tuhan. sehingga orang
yang tidak benar, tidak jujur dan tidad adil adalah orang yang tidak berhikmat,
orang yang bedosa, dan orang yang takut akan Tuhan. dan kelihatan juga bahwa
orang-orang yang berada di Yerusalem terkhususnya orang-orang yang takut akan
Tuhan hanyalah orang-orang yang dipimpin oleh Salomo atau semua pengikut
Salomo.
Daftar
Pustaka
Amsal, Amsal, https://www.google.com/search?q=latar+belakang+kitab+Amsal&ie=utf-8&oe=utf-8
Diunduh
pada tanggal 29 juli 2015.
Wikipedia
Esniklopedia bebas, Kitab Amsal - Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia ..., https://www.google.com/search?q=latar+belakang+kitab+Amsal&ie=utf-8&oe=utf-8 diunduh pada tanggal 29 Juli 2015.
Dr
Weiden, Wim van der, MSF, Seni Hidup
Sastra Kebijaksanaan Perjanjian Lama: Lembaga Bibliki Indonesia, (Yogyakarta,
Penerbit Kanisius 1994)
Ruffle,J Tafsiran
masa kini 2 Ayub-Maleakhi, (Jakarta, BPK GUNUNG MULIA 1985)
Got
Questions?ORG,KitabAmsal-GotQuestions.org,https://www.google.com/search?q=latar+belakang+kitab+Amsal&ie=utf-8&oe=utf-8, diunduh pada tanggal 29 JUli 2015
Pfeiffer,
Charles F. dan Harrison , Everett F., The
WYCLIFFE Bible Commentary: Tafsiran Alkitab WYCLIFFE volume 2 Perjanjian Lama:
Ayub-Maleakhi, (Malang, PENERBIT GANDUM MAS 2009)
Aplikasi
Kamus Besar Bahasa Indonesia @Android.
Bergant,
Dianne, CSA dan Robert J. Karris, OFM, Tafsir
Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta, PENERBIT KANISIUS Lembaga Biblika
Indonesia, 1989)
LEMBAGA
ALKITAB INDONESIA, Alkitab Edisi Studi,
(Jakarta, Lembaga Alkitab Indonesia 2012)
[1] Amsal, Amsal, https://www.google.com/search?q=latar+belakang+kitab+Amsal&ie=utf-8&oe=utf-8
Diunduh pada tanggal 29
juli 2015.
[2] Wikipedia Esniklopedia
bebas, Kitab Amsal - Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia ..., https://www.google.com/search?q=latar+belakang+kitab+Amsal&ie=utf-8&oe=utf-8 diunduh pada tanggal 29 Juli 2015.
[3] Amsal, Amsal, https://www.google.com/search?q=latar+belakang+kitab+Amsal&ie=utf-8&oe=utf-8
Diunduh pada tanggal 29
juli 2015 jam 4.00
[4] Dr Wim van der Weiden, MSF, Seni Hidup Sastra Kebijaksanaan Perjanjian
Lama: Lembaga Bibliki Indonesia, (Yogyakarta, Penerbit Kanisius 1994), 48
[5] J.Ruffle, Tafsiran masa kini 2 Ayub-Maleakhi, (Jakarta, BPK GUNUNG MULIA 1985),
295-296.
[6] Dr Wim van der Weiden, MSF, Seni Hidup Sastra Kebijaksanaan Perjanjian
Lama: Lembaga Bibliki Indonesia, (Yogyakarta, Penerbit Kanisius 1994), 47
[7] Amsal, Amsal, https://www.google.com/search?q=latar+belakang+kitab+Amsal&ie=utf-8&oe=utf-8
Diunduh pada
tanggal 29 juli 2015 jam 4.00
[8] Got Questions?ORG,KitabAmsal-GotQuestions.org,https://www.google.com/search?q=latar+belakang+kitab+Amsal&ie=utf-8&oe=utf-8, diunduh pada tanggal 29 JUli 2015
[9] Got
Questions?ORG,KitabAmsal-GotQuestions.org,https://www.google.com/search?q=latar+belakang+kitab+Amsal&ie=utf-8&oe=utf-8, diunduh pada tanggal 29 JUli 2015
[10] Charles F. Pfeiffer dan Everett
F. Harrison, The WYCLIFFE Bible
Commentary: Tafsiran Alkitab WYCLIFFE volume 2 Perjanjian Lama: Ayub-Maleakhi,
(Malang, PENERBIT GANDUM MAS 2009), 281.
[11] Ibid, 282
[12] Ibid.
[13] Aplikasi Kamus Besar Bahasa
Indonesia @Android.
[14] Dianne Bergant, CSA dan Robert
J. Karris, OFM, Tafsir Alkitab Perjanjian
Lama, (Yogyakarta, PENERBIT KANISIUS Lembaga Biblika Indonesia, 1989), 463-464.
[15] LEMBAGA ALKITAB INDONESIA, Alkitab Edisi Studi, (Jakarta, Lembaga
Alkitab Indonesia 2012), 1008
[16] Charles F. Pfeiffer dan Everett
F. Harrison, The WYCLIFFE Bible
Commentary: Tafsiran Alkitab WYCLIFFE volume 2 Perjanjian Lama: Ayub-Maleakhi,
(Malang, PENERBIT GANDUM MAS 2009), 294-295.
[17] LEMBAGA ALKITAB INDONESIA, Alkitab Edisi Studi, (Jakarta, Lembaga
Alkitab Indonesia 2012), 1008
[18] Ibid.
[19] Charles F. Pfeiffer dan Everett
F. Harrison, The WYCLIFFE Bible
Commentary: Tafsiran Alkitab WYCLIFFE volume 2 Perjanjian Lama: Ayub-Maleakhi,
(Malang, PENERBIT GANDUM MAS 2009),295.
[20] LEMBAGA ALKITAB INDONESIA, Alkitab Edisi Studi, (Jakarta, Lembaga
Alkitab Indonesia 2012), 1008
[21] Ibid.
[22] Charles F. Pfeiffer dan Everett
F. Harrison, The WYCLIFFE Bible
Commentary: Tafsiran Alkitab WYCLIFFE volume 2 Perjanjian Lama: Ayub-Maleakhi,
(Malang, PENERBIT GANDUM MAS 2009),295.
[23] J.Ruffle, Tafsiran masa kini 2 Ayub-Maleakhi, (Jakarta, BPK GUNUNG MULIA
1985),300.
[24] LEMBAGA ALKITAB INDONESIA, Alkitab Edisi Studi, (Jakarta, Lembaga
Alkitab Indonesia 2012),1009.
[25] Ibid.
[26] Charles F. Pfeiffer dan Everett
F. Harrison, The WYCLIFFE Bible
Commentary: Tafsiran Alkitab WYCLIFFE volume 2 Perjanjian Lama: Ayub-Maleakhi,
(Malang, PENERBIT GANDUM MAS 2009),295-296