Rabu, 25 Februari 2015

tafsiran HPB perdana

Bintang Noveigha Mantolas
712013086
Tugas Individu 2 HPB 1
Tafsirkan magna kata “Kasih” dalam 1 Korintus 13:1-13 dengan memakai bantuan internal (teks dalam bacaan) serta melihat teks tersebut dari konteks literernya (konteks teks)
1 Korintus 13:1-13 (Kasih)
Ayat 1 : sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
Penulis menegaskan agar Kasih tetap diterapkan meskipun dengan segala kepintaran yang dimiliki oleh setiap orang. Ayat 1a mengibaratkan dengan kepintaran atau pintar dalam berbahasa yaitu dengan “bahasa manusia dan bahasa malaikat” .  Sepintar-pintanya manusia, tetapi tanpa kasih, maka semuanya akan sia-sia. Sehingga Kasih adalah suatu hubungan pengikat antara manusia dan akal budi dan kesadaran yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang memiliki kepintaran tetapi tanpa kasih, maka semuanya akan dianggap hampa.
Dalam konteks kehidupan di Korintus Paulus menulis surat ini pada bagian kelima surat yaitu dari 1 Korintus 11:2 – 14:40 dan pasal 13 terdapat dalam bagiannya. Dalam surat yang kelima ini menjelaskan atau membahas beberapa masalah dalam sidang jemaat atau pada konteksnya sering disebut sebagai beribadat. Pengajuan masalah jemaat di korintus yaitu yang pertama kedudukan dan peranan wanita dalam sidang jemaat. Masalah yang kedua adalah mengenai kehidupan social pada jemaat korintus, dimana ada pembedaan antara orang kaya dan orang miskin dalam mengadakan perjamuan, menurut Paulus, pembedaan itu merusak ciri dasariah perjamuan Tuhan. pada pasal yang akan ditafsir ini adalah semacam selingan yang berupa kidung memuji kasih sebagai kurnia dasar yang teratas.[1] Pada pihak lain, jemaat di Korintus lenih mementingkan penampilan-penampilan seperti berbicara dalam bahasa lidah dan dengan cara itu mereka menegaskan keunggulan mereka terhadap orang lain yang tidak dikuasai oleh Roh.[2]
Ayat 2 : Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.  
Pada ayat 2 ini penulis masih sedikit mengaitkannya dengan ayat 1. Yaitu tentang kepintaran, yaitu karunia, penegtahuan, serta iman yang sempurna, jika tanpa Kasih, maka semuanya dianggap tidak berguna. Mengapa Paulus menuliskan seperti ini? Karena Paulus melihat jemaat dikorintus ada persaingan antara jemaat yang satu dengan jemaat yang lain, Paulus mengibaratkan jemaat Korintus sama seperti satu tubuh yang semua anggota tubuh seharusnya saling melayani satu dengan yang lain. Demikian juga Kristus mempersatukan semua anggota jemaat yang menjadi tubuh dan peranannya sendiri. Dan di atas semua karunia perlu diusahakan kasih yang dilukiskan dan dipuji seperti pada ayat yang kedua. [3] Sehingga kasih adalah karunia yang saling melengkapi satu dengan yang lain dan bukan menyaingi satu dengan yang lain dan tetap hidup di dalam Kristus dengan satu tubuh.
Menurut konteks yang say abaca, suatu ciri penting dari Jemaat di Korintus yaitu mereka memiliki karunia-karunia rohani. Kebanyakan jemaat di Korintus adalah orang-orang Kharismatik,  yakni karunia-karunia rohani seperti penafsiran bahasa lidah, sudah disinggung dalam ayat sebelumnya. Hal ini sangat tidak menyenangkan menurut Paulus, disini Paulus ingin menegaskan pada jemaat di Korintus ketika memiliki karunia itu, haruslah disertai dengan satu karunia yang harus dimiliki oleh semua, yaitu sifat memiliki saudara. Kasih, bagi saudara dan orang lain pada umumnya, merupakan dasar bagi orang Kristen.[4]
Ayat 3 : dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak aka nada faedahnya bagiku.
Dalam ayat 3, penulis menegaskan agar ketika memberi, memberilah dengan segenap hati artinya memberi dengan penuh kasih, karena ketika kita member tanpa kasih, maka tidak akan ada berkat bagi yang menerima maupun yang memberi.
Ayat 4 : Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak memegahkan diri, dan tidak sombong.
Pada ayat 4 seperti rangkuman, sekaligus pujian tentang magna kasih dari ketiga ayat diatas. Dimana Paulus menulis kidung pujian yaitu kasih itu sabar, yaitu dengan Kasih, kita pasti sabar, begitu juga dengan murah hati, Paulus ingin menegaskan kepada jemaat di Korintus agar jangan sombong dengan karunia yang ada pada kebanyakan orang di Jemaat Korintus, tetapi dengan karunia itu, jemaat dapat menerapkan karunia rohani yaitu mengashi, terutama mengasihi kepada sesama manusia.  
Ayat 5 : Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan mencari kuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Dalam ayat 5 menegaskan kepada jemaat di Korintus, terkhususnya untuk orang-orang ekonominya tinggi (orang kaya) karena baik di dalam gereja maupun diluar gereja, mereka selalu menggunakan kelebihan mereka untuk berpesta pora, baik dalam perjamuan maupun dalam sidang jemaat (beirbadah). Dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, disini Kasih lebih dari yang diketahui yaitu kasih tidak hanya memberi tetapi lebih kepada hal-hal yang diinginkan Tuhan untuk menuju keselamatan.   
Ayat 6 : Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
Pada ayat 6 Kasih adalah hal yang tidak mementingkan diri sendiri, atau lebih kepada kepedulian terhadap sesama disini Paulus menegaskan kasih adalah kebenaran yaitu sesuatu Pas bukan yaitu sudah pasti, jadi kalau  salah katakana salah dan kalau benar, katakana benar.  
ayat 7 : Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Ayat 8 : Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
Ayat 9 : Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.
Ayat 10 : tetapi jika yang sempurna tiba, makayang tidak sempurna itu akan lenyap.
Pada ayat 7-10 adalah sebuah kidung pujian untuk mengisi surat kepada Jemaat dikorintus agar menerapkan Kasih dengan karunia-karunia yang dominan dimiliki oleh orang-orang kharismatik yang tinggal di Korintus.  
Ayat 11 : Ketika aku kanak-kanak, aku berkata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu
Pada ayat 11, ketika masih anak-anak, bertingkahlah seperti anak-anak, tetapi jika sudah mulai dewasa, bertingkahlah sebagaimana mestinya, Penulis ingin menegaskan agar bertingkahlah sesuai dengan umur dan pengetahuan. Sesuai dengan konteks jemaat di Korintus, Paulus melihat jemaat di Korintus senang menggunakan karunia itu, dan Paulus menilai hal tersebut seperti kekanak-kanakan ayat 11 ini Paulus menuliskan demikian agar ingin menurunkan penilaian tersebut sebab, sebenarnya karunia itu kurang bagi jemaat dan malah menjadi tanda iman tidak sejati, Paulus juga menerima karunia roh tersebut, tetapi Paulus menganggap bahwa hal tersebut tidak terlalu bernilai.[5]  Sehingga dengan kalimat terakhir pada ayat 11 ini ingin memberitahukan kepada jemaat di Korintus agar kurangi karunia roh tersebut.  
Ayat 12 : karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi kita nanti akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.  
Pada ayat 12 lebih kepada cara pandang manusia kepada sesama, janglah kita memandang sesama secara abstrak, tetapi kita harus membuka kacamata yang samar-samar dan melihat sesame muka dengan muka, saling memandang dan mulailah kita memandang mereka sebagai subjek dan bukan sebagai objek, mungkin Paulus ingin mengubah cara pandang laki-laki terhadap perempuan dalam sidang jemaat dan pemisahan dalam perjamuan antara orang kaya dan orang miskin.  
Ayat 13 : Demikianlah ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar diantaranya ialah kasih.  
Iman, pengharapan dan kasih adalah hal penting dalam kekristenan, tetapi lebih dari itu, yaitu kasih. Karena kasih bagi saudara baik saudara seiman dan orang lain pada umumnya merupakan dasar bagi orang Kristen. Esensi dasar dalam kekristenan adalah Kasih.  




[1] Dr. C. Groenen Ofm, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, (Yogyakart, Kanisius, 1984), 236-237
[2] Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru-Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-Masalahnya, (Jakarta, Gunung Mulia, 2010), 83. 
[3] Dr. C. Groenen Ofm, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, (Yogyakart, Kanisius, 1984), 237.
[4] Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta, Gunung Mulia, 2011), 359.  
[5] Dr. C. Groenen Ofm, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, (Yogyakart, Kanisius, 1984), 237-238.